TKPKD KOTA SURAKARTA : Bangkit bersama lawan Kemiskinan dan Pemiskinan
Selasa, 29 Desember 2015
Selasa, 16 Juli 2013
RPJMKel Membutuhkan Komitmen Pemerintah Kota
Mendorong implementasi perencanaan Jangka Menengah di masyarakat tidak
mudah. Berbagai tantangan akan dihadapi baik pada struktur pemerintahan
tingkat kabupaten/kota, pemerintahan desa/kelurahan hingga pola pikir
yang selama ini telah terbentuk di masyarakat. Setidaknya inilah yang
dihadapi oleh Pelaksana Harian TKPKD Kota Surakarta ketika menginisiasi
penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kelurahan.
Selama ini stakeholders yang ada sudah established dengan model Musrenbangkel sehingga ketika di dorong menggunakan tools lain, butuh menyiapkan infrastruktur yang lebih komplit. Baik berupa perangkat keras (modul, ToR, panduan) maupun perangkat lunak (SDM, capacity building, lobi). Dan elemen terpenting dari semua hal adalah keterbukaan pemerintah daerah agar menerima gagasan ini. Titik tekannya terletak di komitmen yang dimiliki kepala daerah saat menerima gagasan baru.
Selama ini stakeholders yang ada sudah established dengan model Musrenbangkel sehingga ketika di dorong menggunakan tools lain, butuh menyiapkan infrastruktur yang lebih komplit. Baik berupa perangkat keras (modul, ToR, panduan) maupun perangkat lunak (SDM, capacity building, lobi). Dan elemen terpenting dari semua hal adalah keterbukaan pemerintah daerah agar menerima gagasan ini. Titik tekannya terletak di komitmen yang dimiliki kepala daerah saat menerima gagasan baru.
Sabtu, 25 Mei 2013
MENGGAGAS MUSRENBANGKEL YANG BERPRESPEKTIF PADA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN BERKELANJUTAN
Hampir di semua negara persoalan kemiskinan menjadi salah
satu agenda wajib yang harus segera diselesaikan, terutama dinegara berkembang
terlebih negara miskin. Di negara Indonesia, persoalan ini menjadi salah satu
fokus utama pemerintah selain persoalan–persoalan yang lain, misalnya :
disintegrasi bangsa, keamanan nasional, konflik antar kelompok maupun golongan,
korupsi dan masih banyak lagi. Dalam perencanaan pembangunan kurang lebih sudah satu dasawarsa ini, model
perencanaan pembangunan yang diterapkan pemerintah sudah
partisipatif atau tidak lagi top down seperti pada masa Orde Baru dahulu.
Semangat partisipatif itu tercermin dalam Musrenbang. Yang mana harapan penguatan
pada ranah civil society dapat terwujud. Spirit dari pelaksanaan Musrenbang
adalah partisipasi aktif dari segenap element masyarakat, dalam menjawab
kebutuhan di wilayahnya.
Sabtu, 30 Maret 2013
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN
Menggerakkan partisipasi masya- rakat bukan hanya esensial untuk mendukung
kegiatan pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah, tetapi juga agar masyarakat
berperan lebih besar dalam kegiatan yang dilakukannya sendiri. Dengan demikian,
menjadi tugas penting manajemen pembangunan untuk membimbing, menggerakkan, dan
menciptakan iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh
masvarakat dan untuk kepentingan masyarakat ter- utama masyarakat miskin.
Upaya itu dilakukan melalui kebijakan, peraturan, serta kegiatan pembangunan
pemerintah yang diarahkan untuk menunjang, merangsang, dan membuka jalan bagi
kegiatan pembangunan masyarakat. Dalam rangka ini, berkembang konsep
pemberdayaan masyarakat yang pada hakikatnya memampukan dan memandirikan
masyarakat. Namun dalam kenyataannya tidak semua program pemberdayaan
masyarakat dapat berhasil sesuai dengan rencana. Bahkan ada yang jauh
menyimpang dari konsep awal, sehingga menimbulkan keergantungan dan kemanjaan
bagi masyarakat miskin.
Selasa, 19 Maret 2013
INOVASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN BERPRESPEKTIF KEPADA PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Absataksi
Salah satu agenda Reformasi’98 adalah mewujudkan good
governance atau tata pemerintahan yang baik, yang dimaksud dengan good governance adalah adanya mekanisme
interaksi para pihak (pemerintah, lembaga legislatif dan masyarakat) secara
bersama-sama untuk merumuskan berbagai kesepakatan yang berkaitan dengan
manajemen pembangunan dalam suatu wilayah hukum dan administarasi tertentu. Ada sepuluh prinsip yang harus dilaksanakan
oleh para pihak untuk mencapai good governance, salah
satunya adalah partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat ini merupakan
faktor penentu sekaligus sebagai indikator keberhasilan pembangunan dan keberlanjutannya, sebab perencanaan
berbasis bottom up akan mampu menjawab kebutuhan masyarakat, dikarenakan yang
mengetahui akan kebutuhannya adalah masyarakat sendiri, bukan hanya sekedar
asumsi dari beberapa gelintir penyelanggara negara, dengan sendirinya tolok
ukur keberhasilan pembangunan adanya peran aktif partispasi masyarakat dalam
perencanaan.
Minggu, 17 Maret 2013
KEMISKINAN dan PEMISKINAN
Abstraksi
Slogan
memerangi kemiskinan sering kita dengar sejak bangsa ini lepas dari penjajahan,
sejak saat itu para pendiri dan pemimpin bangsa sudah banyak melahirkan berbagai
program penanggulangan kemiskinan didalam berbagai strategi yang terkemas mulai
dari “MANIPOL/USDEK”nya Soekarno, “REPELITA”nya Soeharto, hingga
dijaman Otonomi daerah dengan slogan Ekonomi kerakyatan berbasis Pancasila
diera reformasi, ternyata Pemerintah belum mampu menekan angka kemiskinan, sehingga berbanding
terbalik dengan propaganda dan klaim keberhasilan programnya, yang didukung dengan
sajian angka dan grafik statistik yang begitu fantastik, pada faktanya hampir
disetiap detik kita masih saja mendengar maupun melihat rintihan dan keputus-asaan
dan ketidak berdayaan simiskin. Padahal
alokasi anggaran untuk pengentasan
kemiskinan jumlahnya sangatlah besar yang dikemas dengan berbagai program pengentasan kemiskinan seperti
pemberian dana Bantuan Langsung Tunai (BLT), pemberian beras untuk rakyat
miskin (Raskin), pemberian dana Biaya Operasional Sekolah (BOS),
program pendidikan gratis untuk siswa/pelajar tidak mampu, pelayanan kesehatan
gratis untuk keluarga tidak mampu, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM Mandiri), Program Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Begitu juga dengan kebijakan pemerintah untuk
mengalokasikan 20% anggaran APBN untuk dunia pendidikan dan masih banyak
lagi program dalam bentuk lain, yang dibeayai APBN / APBD bahkan hutang negara.
Rabu, 13 Maret 2013
Catatan pinggir dari CLUSTER 3 TKPKD Surakarta
Kebijakan Cluster III TKPKD Kota Surakarta sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan di Usaha kecil dan Mikro, memprioritaskan pada usaha yang terancam “Kolaps”. Beberepa jenis usaha telah di inventarisir memiliki karakteristik yang diharapkan akan didorong menjadi usaha komunal. Adapun karakteristik usaha terse- but adalah :
1. Konsep usaha “Ban Berjalan”
Konsep usaha ban berjalan adalah, usaha yang memiliki
komponen yang cukup banyak dan dirangkai menjadi satu produk di finishingnya.
Masing-masing komponen dikerjakan oleh kelompok yang berbeda, sehingga untuk
menghasilkan satu produk melibatkan banyak orang. Pengrajin Shuttle Cocks dan
sangkar burung dipilih untuk dijadikan model penanggulangan kemiskinan, yang
akan difasilitasi tahun anggaran 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)